Sabtu, 31 Desember 2011

Catatan Untuk Saudaraku Sebagai Bekal Pulang Kampung

 By : Abu Muhammad Al-Munawy
(Ketua Umum Fosmim Makassar)
Tidak terasa liburan semester kembali menyapa para mahasiswa. Tentu banyak yang bersuka cita ketika musim libur itu datang. Bagi golongan academic oriented student ( bureng/buru ranking) kesempatan ini dijadikan sebagai moment istrahat dari kepenatan kuliah satu semester lamanya. Bagi golongan mahasiswa mandiri, momen ini  dimanfaatkan untuk cari kerja demi menutupi biaya SPP semester berikutnya. Namun, salah satu tradisi yang lazim dilakukan adalah acara pulang kampung apatah lagi bagi mahasiswa yang daerah asalnya tidak terlalu jauh dari kampus tempat dia menimba ilmu. Sebut saja bagi yang kuliah di Unhas. Bagi mahasiswa yang kampungnya lumayan jauh biasanya rela memendam keinginan untuk pulang kampung. Mungkin mereka berpikiran, apa juga yang akan dilakukan di kampung ataaau, mungkin juga karena buang-buang ongkos kalau pulang kampung (asal jangan ditabung untuk persiapan malam tahun baru). Kalau sekiranya boleh memilih, pulang kampung adalah pilihan tepat dan kesempatan emas untuk meraup pahala khususnya bagi aktivis dakwah. Apalagi bagi yang kebetulan tidak punya amanah lain di Makassar. Kenapa demikian? Tentu saja jawabannya adalah ketika pulang kampung, hal tesebut adalah peluang untuk mengaplikasikan ilmu dengan berdakwah di kampung halaman terlebih lagi berdakwah kepada keluarga khususnya kedua orang tua. Singkatnya,Jihad  di Makassar adalah menuntut ilmu sedangkan jihad di kampung halaman yang paling besar adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Dalam sebuah kesempatan beberapa pekan lalu, kami mengikuti sebuah Ta’lim Pengurus satu lembaga Fakultas di Unhas tentang bekal-bekal sebelum pulang kampung. Nah, ditulisan ini kami akan berbagi kepada Saudara-saudara fillah terlebih yang mau pulang kampung atau bahkan sudah ada di kampung. Banyak hal yang perlu dilakukan sebagai bekal untuk pulang kampung atau ketika sudah berlabuh di kampung halaman antara lain : 

Jumat, 30 Desember 2011

Euforia Tahun Baru Dalam Tinjauan Islam



Setiap akhir tahun biasanya semua manusia di dunia ini tidak terkecuali kaum Muslim mengalami wabah penyakit yang luar biasa, pengidap penyakit ini biasanya menjadi suka menghamburkan harta untuk berhura-hura, euforia yang berlebihan, pesta pora dengan makanan yang mewah, minum-minum semalam penuh, lalu mendadak menghitung (3.., 2.., 1.. Dar Der Dor!).


Wabah itu bukan flu burung, bukan juga kelaparan, tapi wabah penyakit akhir tahun yang kita biasa sebut dengan tradisi perayaan tahun baruan. Kaum muda pun tak ketinggalan merayakan tradisi ini. Kalau yang sudah punya gandengan merayakan dengan jalan-jalan konvoi keliling kota, pesta di restoran, kafe, warung (emang ada ya?)

Kalau yang jomblo yaa.. tiup terompet, baik terompet milik sendiri ataupun minjem (bagi yang nggak punya duit). Kalo yang
kismin, ya minimal jalan-jalan naik truk bak sapi lah, sambil teriak-teriak nggak jelas.

Dan bagi kaum adam yang normal menurut pandangan jaman ini, kesemua perayaan itu tidaklah lengkap tanpa kehadiran kaum hawa. Karena seperti kata iklan “nggak ada cewe, nggak rame”


Bahkan di kota-kota besar, tak jarang setelah menunggu semalaman pergantian tahun itu mereka mengakhirinya dengan perbuatan-perbuatan terlarang di hotel atau motel terdekat.


Yah itulah sedikit cuplikan fakta yang sering kita lihat, dengar, dan rasakan menjelang malam-malam pergantian tahun. Ini dialami oleh kaum muslimin, khususnya para anak muda yang memang banyak sekali warna dan gejolaknya. Nah, sebagai pemuda-pemudi muslim yang cerdas, agar kita nggak salah langkah di tahun baruan ini, maka kita harus menyimak gimana seharusnya kita menyikapi momen yang satu ini.


Asal Muasal Tahun Baru
 
Awal muasal tahun baru 1 Januari jelas dari praktik penyembahan kepada dewa matahari kaum Romawi. Kita ketahui semua perayaan Romawi pada dasarnya adalah penyembahan kepada dewa matahari yang disesuaikan dengan gerakan matahari.

Sebagaimana yang kita ketahui, Romawi yang terletak di bagian bumi sebelah utara mengalami 4 musim dikarenakan pergerakan matahari. Dalam perhitungan sains masa kini yang juga dipahami Romawi kuno, musim dingin adalah pertanda ’mati’ nya matahari karena saat itu matahari bersembunyi di wilayah bagian selatan khatulistiwa.


Sepanjang bulan Desember, matahari terus turun ke wilayah bahagian selatan khatulistiwa sehingga memberikan musim dingin pada wilayah Romawi, dan titik tterjauh matahari adalah pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Lalu mulai naik kembali ketika tanggal 25 Desember. Matahari terus naik sampai benar-benar terasa sekitar 6  hari kemudian.


Karena itulah Romawi merayakan rangkaian acara ’Kembalinya Matahari’ menyinari bumi sebagai perayaan terbesar. Dimulai dari perayaan
Saturnalia (menyambut kembali dewa panen) pada tanggal 23 Desember. Lalu perayaan kembalinya Dewa Matahari (Sol Invictus) pada tanggal 25 Desember. Sampai tanggal 1-5  Januari yaitu Perayaan Tahun Baru (Matahari Baru)

Orang-orang Romawi merayakan Tahun Baru ini biasa dengan berjudi, mabuk-mabukan, bermain perempuan dan segala tindakan keji penuh nafsu kebinatangan diumbar disana. Persis seperti yang terjadi pada saat ini.


Ketika Romawi menggunakan Kristen sebagai agama negara, maka terjadi akulturasi agama Kristen dengan agama pagan Romawi. Maka diadopsilah tanggal 25 Desember sebagai hari Natal, 1 Januari sebagai Tahun Baru dan Bahkan perayaan Paskah (
Easter Day), dan banyak perayaan dan simbol serta ritual lain yang diadopsi.

Bahkan untuk membenarkan 1 Januari sebagai perayaan besar, Romawi menyatakan bahwa Yesus yang lahir pada tanggal 25 Desember menurut mereka disunat 6 hari setelahnya yaitu pada tanggal 1 Januari, maka perayaannya dikenal dengan nama ’Hari Raya Penyunatan Yesus’ (
The Circumcision Feast of Jesus)

Pandangan Islam terhadap Perayaan Tahun Baru
 

Turut merayakan tahun baru statusnya sama dengan merayakan hari raya orang kafir. Dan ini hukumnya terlarang. Di antara alasan statement ini adalah:

Kamis, 29 Desember 2011

Ketua MUI: Syiah Sah sebagai Mazhab Islam


Di tengah gencarnya isu yang menyudutkan syiah sebagai mazhab sesat dan dinilai bukan bagian dari Islam, Ketua Majelis Ulama Indonesia menyebut syiah sebagai mazhab yang sah dan benar dalam Islam.
Di hadapan lebih dari seratus pelajar Indonesia yang belajar di Iran, Ketua MUI, Prof.Dr. KH. Umar Shihab mengatakan, “Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah swt yang menghendaki umat ini bersatu.”
Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita ABNA, dalam kunjungannya ke Iran atas undangan Forum Pendekatan Mazhab Islam, Umar Shihab beserta beberapa anggota rombongan menyempatkan mengadakan tatap muka dan pertemuan dengan pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di kota suci Qom, Iran.
Rombongan MUI terdiri dari ketua pusat, beberapa ketua harian dan ketua komisi, namun beberapa dari rombongan telah bertolak ke tanah air sehingga tidak sempat mengikuti pertemuan dengan para pelajar Indonesia tersebut. “Dalam kunjungan ini kami telah melakukan beberapa hal, diantaranya, atas nama ketua MUI. KH. Prof. DR. Umar Shihab dan atas nama Majma Taghrib bainal Mazahib Ayatullah Ali Tashkiri, telah dilakukan penandatanganan MOU kesepakatan bersama. Di antara poinnya adalah kesepakatan untuk melakukan kerjasama antara MUI dengan Majma Taghrib bainal Mazahib dan pengakuan bahwa Syiah adalah termasuk mazhab yang sah dan benar dalam Islam. ” Jelas Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah, DR. Khalid Walid.
Lebih lanjut beliau menjelaskan,”Diantara bentuk kerjasama yang disepakati adalah pengiriman para peneliti dan ulama Indonesia ke Iran untuk mengikuti pertemuan dan pendidikan khusus mengenai beberapa hal yang beragam di Iran begitu juga sebaliknya, ulama-ulama dan peneliti Iran akan berkunjung ke Indonesia. Di samping itu juga kita telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran, Departemen Pengurusan Haji dan juga berkunjung ke Kamar Dagang Industri Iran untuk bekerjasama dalam produk halal. Insya Allah, jalinan kerjasama ini diharapkan dengan tujuan mengeratkan hubungan antara Republik Islam Iran dengan masyarakat muslim Indonesia.”
“Semoga dengan adanya kesepakatan dan kerjasama tersebut ukhuwah Islamiyah dapat terjalin dengan baik dan kedua belah pihak bisa saling memahami.” Harapnya.
Perpecahan dan Kebodohan, Ujian bagi Umat Islam
KH. Prof. DR. Umar Shihab menyampaikan nasehatnya di hadapan seratus lebih pelajar Indonesia yang hadir. Beliau menyatakan bahwa hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian dan kesulitan-kesulitan. Lebih lanjut menjelaskan, “Masyarakat Indonesia saat ini diuji dengan perpecahan. Dalam internal umat Islam sendiri terdapat berbagai macam kelompok yang mengarah kepada perpecahan, ada yang menyatakan diri sebagai kelompok liberal, kelompok anti agama, kelompok anti Syiah dan lain-lain. Keberadaan kelompok-kelompok ini sangat mengancam persatuan umat Islam.”

Anak Ajaib


By : Abu Muhammad Al-Munawy
(Ketua Umum Fosmim Makassar)
Di pagi yang cerah, sekitar jam 9 pagi, diiringi kilauan mentari dan sejuknya udara pagi, Aku bermaksud ke Universitas Indonesia Timur . Kebetulan, pada hari tersebut Aku punya ikatan janji pada malam sebelumnya dengan salah seorang keluargaku . Maklum, kebetulan oleh Allah dia ditakdirkan lulus di sana pada Jurusan Farmasi setelah sebelumnya pada ujian SNMPTN yang lalu, dia kurang beruntung karena dari banyaknya kampus negeri dari yang terkemuka sampai yang terbelakang, dia tidak meloloskan dirinya di Universitas-Universitas tersebut. Yah, itulah taqdir Allah ‘azza wa jalla. Kita hanya bisa berusaha dan bertawakkal, ujung dari segalanya adalah garisan pena takdir-Nya.
Pada pagi itu kebetulan kami bermaksud meninjau kamar kosnya yang terletak di sekitaran kampus Universitas Indonesia Timur. Yah,namanya juga mahasiswa baru dan belum lama di Makassar, kemana-mana mesti ditemani walaupun secara otomatis hal itu sudah menjadi tanggung jawab Aku sebagai keluarganya yang sudah cukup lama merantau dan menimbah ilmu di Makassar. Kebetulan lagi , hari itu, keluargaku tersebut sudah janjian sama beberapa akhwat pengurus lembaga dakwah di Universitas Indonesia Timur. Alhamdulillah dari awal Aku sudah membuat skenario jauh-jauh hari sebelumnya supaya keluarga Aku bisa bergabung dengan akhwat-akhwat disana. Kebetulan, Aku berteman akrab dengan Ketua Lembaga Dakwah Kampus Al-Misbah Universitas Indonesia Timur. Dari beliau inilah keluargaku dikenalkan dengan mujahidah-mujahidah di Universitas tersebut. Namun pada akhirnya keluargaku tidak tinggal bersama mereka karena alasan tertentu dan beliau lebih memilih tinggal ditempat yang lain. Ya, lagi-lagi semuanya telah Allah taqdirkan. Namun komunikasi keluargaku dengan para mujahidah-mujahidah di sana tetap terjalin. Alhamdulillah.
Kembali ke kisah awal tadi, cerita awal sebelum keberangkatanku seperti ini. Ketika Aku sedang membaca majalah Tasfiyah sambil terbaring menikmati empuknya kasur di Sekretariat masjid Ali Hizaam Pondokan Unhas, tiba-tiba Hp-ku berdering. Aku tengok ternyata ada pesan singkat yang masuk. Ketika Kubuka ternyata SMS tersebut dari keluargaku.  Bunyi SMS-nya “saya pergi sendiri saja ini?” sontak Aku pun teringat akan janji Aku semalam. Walaupun menggunakan bahasa pragmatik, Aku bisa memahami apa maksudnya. Tapi ngomong-ngomong apa itu bahasa pragmatik?. Yah,wajar saja mungkin sebagian pembaca sekalian merasa aneh dengan bahasa yang canggih dan sok gaul seperti itu. Maklum Aku kuliah di jurusan bahasa yang dibangku kuliah banyak bergelut dengan istilah-istilah seperti itu. Secara sederhana pragmatik salah satu defenisinya adalah bahasa yang punya makna tersirat dibaliknya yang hanya bisa dipahami melalui logika dan konteks pada saat bahasa itu diucapkan. Lanjut cerita, setelah membaca SMS tersebut, Aku langsung bergegas dan berkemas-kemas. Untungnya, Aku barusan selesai mandi ketika itu. Setelah beberapa benda wajib dan barang berharga dimasukan dalam tas, ditambah  penampilan mulai mantap, Akupun berpamitan kepada ikhwa-ikhwa di Sekret Masjid Ali-Hizaam bahwa Aku mau keluar karena ada urusan penting. Akupun dengan yakin melangkah menuju pintu keluar sekret. Setelah pintu telah Aku tutup dari luar, Aku berbalik arah berjalan menyusuri lorong-lorong pondokan menuju Workshop Unhas. Sebelum berangkat, Aku SMS keluargaku bahwa Aku akan menunggunya di Workshop Unhas. Ketika Aku tiba di tempat tersebut, Aku pun harus menunggu beberapa saat karena keluargaku ternyata barusan berangkat dari pondokan sepupunya di BTN Asal Mula. Memang setelah lulus tes sambil menunggu masa kuliah, keluargaku tinggal bersama sepupu perempuannya. Jarak antara pondokannya dengan Workshop Unhas sekitar 500 meter. Ketika menunggu, Aku pun duduk disalah satu bangku warung makan dipinggiran workshop sambil mengulang-ulangi hafalan Al-Qur’an ku. Setelah sekitar 15 menit menunggu, keluargaku pun tiba di Workshop. Kami pun melangkah bersama menghampiri jalan raya di dalam Unhas untuk menunggu pete-pete 07. Kebetulan, sebelum sampai dipinggir jalan, pete-pete 07 sudah menunggu kami. Kami pun naik masuk pete-pete yang ketika itu sebelum kami penumpangnya baru 3 orang. Yah, dengan santai kami duduk menikmati empuknya bangku pete-pete. Ketika itu  Aku kurang nyaman dengan bunyi musik yang lumayan keras dalam pete-pete. Sontak  Aku pun teringat akan hadits Rasulullah tentang diharamkannya musik. Jiwa mujahid pun tumbuh. Apalagi Aku teringat hadits lain dari Rasulullah tentang pentingnya ber-amar ma’ruf nahi mungkar. Di kepalaku terngiang-ngiang bunyi hadits “ barang siapa engkau melihat kemungkaran, maka cegalah dengan tanganmu, kalau tidak mampu cegalah dengan lisanmu, dan kalau juga tidak mampu ingkarilah dengan hatimu, dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. Tentu saja karena dorongan hal tersebut, Aku pun memberanikan diri untuk memberi tahu supir pete-pete “ Pak, kalau bisa bunyi musiknya dikecilkan sedikit’. Ternyata supir pete-pete tersebut tidak hanya mengecilkan malah sampai dimatikan. Alhamdulillah.

Penyimpangan Ajaran Syi'ah



Setiap Aliran mempunyai ajaran-ajaran pokok yang menjadi pedoman bagi para pengikutnya. Begitu pula dengan aliran Syi’ah. Akan tetapi yang membahayakan dari Syi’ah adalah bahwa aqidah Syi’ah berpijak di atas pencacian, pencelaan dan pengkafiran terhadap para shahabat Rasulullah SAW.
                Ajaran Syi’ah berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena mereka tetap mengaku Islam. Akan tetapi, yang dimaksud adalah Al-Qur’an dan Sunnah versi mereka, serta selalu menyelisihi ajaran Ahlussunnah wal jama’ah (Sunni).
                Oleh karena itu, mereka membangun prinsip-prinsip dan landasan pemikiran mereka dengan menjadikan agama sebagai penopangnya. Sehingga tidak aneh kalau ada diantara ajaran-ajaran agama yang disalah tafsirkan atau dengan kata lain diselewengkan supaya bisa sejalan dan selaras dengan pemikiran mereka. Dan itulah yang terjadi juga pada aliran-aliran lainnya selain Syi’ah.
                Penyimpangan-penyimpangan ajaran Syi’ah melebar ke berbagai aspek agama, baik dari segi Syari’ah, ibadah, maupun mu’amalah.
v  Kedudukan Khulafaur Rasyidin (para khalifah dalam Islam, penerus risalah kenabian )
Syi’ah tidak mengakui kekhalifaan Abu Bakar, Umar dan Utsman. Karena mereka berkeyakinan bahwa ketiga khalifah tersebut telah merampas kekhalifaan dari Ali bin Abi Thalib. Padahal, fakta sejarah telah jelas mencatat dan menyatakan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib sendiri pada waktu itu ikut membai’at dan mengakui kekhalifaan Abu Bakar, Umar, da Utsman.
                Oleh karena itu Khulafaur Rasyidin yang diakui (sah) dalam agama Islam adalah :
a.       Abu Bakar Ash- Shiddieq
b.      Umar Al-Faaruuq
c.       Utsman bin Affan Dzu An-Nuurain
d.      Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah

v  Kedudukan para shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Syi’ah berkeyakinan bahwa setelah Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam wafat, para shahabat banyak yang murtad, hanya menyisahkan beberapa orang saja yang masih beriman. Sehingga mereka berani mengkafirkan para shahabat. Hal itu dikarenakan para shahabat telah membai’at Abu Bakar Ash-Shiddieq sebagai khalifah.

Selasa, 27 Desember 2011

Refleksi Akhir Tahun bagi Para Mahasiswa Muslim Makassar




By : Abu Muhammad Al Munawy  
(Ketua Umum Fosmim Makassar)
Cukup banyak catatan yang mestinya menjadi bahan muhasabah bagi pada mahasiswa selama tahun 2011. Khususnya yang beragama Islam. Namun pada tulisan ini kami hanya angkat salah satunya yakni pelajaran dari fenomena tawuran VS kurangnya pembinaan akhlak dan moral mahasiswa.
Sungguh miris dan menyayat hati rasanya ketika suatu saat kami mendengarkan ungkapan dari seorang ustadz “ disaat kampus-kampus lain yang ada di Jawa sedang asyik-asyiknya merancang berbagai macam karya baik yang bersifat fisik seperti elektronik maupun karya ilmiah yang lain, mahasiswa di Makassar masih disibukkan dengan tawuran “.Tamparan telak kiranya yang terjadi bagi mahasiswa secara umum yang ada di Makassar. Seperti yang beberapa kali terjadi di Unhas, UMI, UNM, dan kampus-kampus lain. Penyebabnya pun beragam, ada pertikaian antar fakultas, demonstrasi yang berujung bentrok, dan lain-lain. Untuk menjaga objektivitas  tulisan, kami tidak membahas salah satu kampus saja tetapi hal ini merupakan gambaran umum yang terjadi. Kalaupun nantinya akan sedikit mengambil contoh dari salah satu kampus, itu hanya skadar memperjelas maksud saja.
Ya, tawuran mahasiswa yang berulang kali terjadi di beberapa kampus di Makassar  adalah bukti dan cerminan kongkrit bahwa masih banyak yang salah dengan pendidikan moral mahasiswa apalagi kebanyakan dari pelakunya adalah muslim. Tentu saja banyak pihak yang mesti bertanggung jawab dengan kasus-kasus memalukan dan memilukan seperti ini. Anehnya, sampai saat ini masih banyak para mahasiswa dan civitas akademika secara umum yang belum peka melihat apa sebenarnya yang menjadi akar masalahnya dan sedikit mencari solusi tuntas untuk mengakhiri episode-episode dari drama tawuran yang menjadi tradisi mahasiswa. Mari kita telisik lebih jauh tentang kondisi mahasiswa, birokrasi, pendidik, maupun apa sebenarnya metode ampuh sebagai solusi dari segala masalah yang ada.

Sepuluh Cara Menghapus Dosa



Sudah menjadi tradisi umum bahwa akhir tahun dijadikan oleh kebanyakan orang untuk mengevaluasi kembali apa-apa yang telah dilakukan selama setahun sebelumnya. Tentu tujuannya untuk menjadi pelajaran dalam rangka menyusun strategi dan mimpi mimpi di tahun berikutnya. Selain itu, momen akhir tahun juga dijadikan oleh sebagian orang untuk bermuhasabah atas kesalahan-kesalahan yang lalu, walaupun sebenarnya muhasabah atas segala dosa tidak mesti menunggu akhir tahun namun harus sepanjang waktu bahkan sampai kita meninggal dunia.
Maksud 10 cara dalam tulisan ini adalah sepuluh media yang dapat menghapus dosa, kesalahan, dan maksiat. Ulama yang pertama kali menyusun secara sistematis adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliaulah yang menulis 10 penghapus dosa  berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Karya ini kemudian diberi judul Raf’u al-Malaam ‘an ‘A’immah al-A’laam.
Sebelum memaparkan 10 cara ini, sebagaimana Ibnu Taimiyyah, kami terlebih dahulu menjelaskan kenapa kita selalu berbuat dosa. Baik pagi maupun sore hari. Baik duduk maupun berdiri. Hal ini terjadi karena kita tercipta dari tahah; materi yang salah satu sifatnya adalah goncang dan mudah bergerak. Tapi setelah bersalah, berdosa, dan berbuat durhaka, Allah Swt membuka sepuluh pintu untuk kita. Berikut ini adalah 10 cara menghapus dosa yang berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah yakni:
1.     Istighfar
2.    Tobat
3.    Kebaikan-kebaikan yang dapat menghapus kesalahan sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an “ Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu akan menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. Hud [11]: 114)
4.    Musibah. Musibah yang tertinggi adalah kematian dan yang terendah adalah tertusuk duri di jalan serta sengatan matahari yang bersinar terik.
5.    Do’a orang-orang mu’min

Minggu, 25 Desember 2011

SMS GRATIS, LADANG PAHALA YANG TERABAIKAN


 
By : Abu Muhammad Al Munawy
(Ketua Umum Fosmim Makassar)

Sungguh lagi dan lagi, Allah telah menunjukkan kemahakuasaan-Nya akan hal-hal yang ada di atas muka bumi ini. Semua ciptaannya baik benda-benda fisik maupun nonfisik tak satupun ada yang sia-sia baik yang secara langsung kita dapatkan di alam maupun lewat buah pikiran manusia yang terbatas yang notabene juga merupakan titipan dari Allah azza wajalla. Tak diragukan lagi semua nikmat tersebut selain dari pada bentuk sifat Rahman atau kasih sayang Allah kepada semua makhluk-Nya, salah satu tujuan lainnya adalah untuk menguji sejauh mana rasa syukur kita kepada Allah, sang penggenggam alam semesta ini. Sejauh mana kita bisa memberdayakan semua nikmat tersebut untuk kemaslahatan umat manusia dan kaum muslimin pada khususnya.

Nikmat yang kecil dan sering dilupakan oleh manusia yang terlampau bodoh dan pongah apalagi yang mengaku aktivis dakwah adalah nikmat teknologi informasi yang begitu luar biasa dahsyatnya. Meskipun dalam satu sisi terbukti menimbulkan mudharat namun disisi lain juga memberi manfaat yang luar biasa. Kalau Facebook sudah jelas. Contoh yang kami angkat dalam tulisan ini adalah SMS gratis yang ditawarkan oleh banyak operator layanan telepon atau content provider. Sebagai aktivis dakwah yang punya semangat yang tinggi dalam mendakwahkan kebaikan, sekecil apapun akan menyadari manfaat nikmat Allah yang satu ini. Mungkin kita bisa membayangkan apa maksud kami,,,Yah, tidak salah lagi yakni  SMS-SMS dakwah yang semestinya bisa kita layangkan kapan saja kepada objek dakwah, keluarga, ataupun sahabat-sahabat kita yang semuanya kita cintai karena Allah. Hanya dengan beberapa tahapan pendaftaran kita bisa mendapatkan ratusan bahkan ribuan SMS gratis dengan berbagai fitur dan variannya untuk keperluan SMS dakwah tadi. Ajaib! 

Sabtu, 24 Desember 2011

Fatwa MUI Tentang Perayaan Natal Bersama


FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Tentang Perayaan Natal bersama
Memperhatikan :
  1. Perayaan natal bersama pada akhir–akhir ini disalah artikan oleh sebagian umat Islam dan disangka sama dengan umat Islam merayakan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam.
  2. Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam yang ikut dalam perayaan natal dan duduk dalam kepanitiaan Natal.
  3. Perayaan Natal bagi orang – orang Kristen adalah merupakan ibadah.
Menimbang :
  1. Umat Islam perlu mendapatkan petunjuk yang jelas tentang perayaan Natal Bersama.
  2. Umat Islam agar tidak mencampuradukkan Aqidah dan ibadahnya dengan Aqidah dan ibadah agama lain.
  3. Umat Islam harus berusaha untuk menambah iman dan taqwanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  4. Tanpa mengurangi usaha umat Islam dalam kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Meneliti kembali : Ajaran –ajaran agama Islam, antara lain :

A. Bahwa umat Islam diperbolehklan untuk bekerjasama dan bergaul dengan umat agama –agama lain dalam masalah – masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas:
1. Al-Qur`an surat Al Hujarat ayat 13 :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
” Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki – laki dan seorang perempuan dan Kami manjadikan kamu sekalian berbangsa – bangsa dan besuku – suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesunguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
2. Al-Qur`an surat Lukman ayat 15 ;
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
” Dan kedua orang tuamu mamaksakan unutuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang ini, maka janganlah kamu mengikutinya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu. Kemudian kepadaKulah kembalimu, maka akan kuberitakan kepadamu yang telah kamu kerjakan.”
3. Al-Qur`an surat Mumtahanah ayat 8 :
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
”Allah tidak malarang kamu ( umat Islam ) untuk berbuat baik dan berlaku terhadap orang – orang (beragama Lain) yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang berlaku adil.”

Rabu, 21 Desember 2011

Fenomena Tasyabbuh di Akhir Tahun


By:Abu Muhammad Al-Munawy
(Ketua Umum Fosmim Makassar)

Secara fitrah manusia dikaruniai potensi yang luar biasa yang diberikan oleh Allah subhanahu Wata’ala, zat yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan makhluk-Nya. Selain hawa nafsu, salah satu potensi yang besar yang tak terkira yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah nikmat akal yang dengannya manusia bisa lebih baik dari pada makhluk lain. Dengan akalnya manusia bisa berfikir,  belajar, merenung, maupun bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Termasuk dengan akal itu pula manusia bisa menentukan atau memutuskan sesuatu berdasarkan nalar, logika, maupun perasaannya mana yang seharusnya diikuti dan mana yang seharusnya dijauhi. Namun, saking bodohnya manusia ini, hal-hal buruk pun diikuti tanpa mempertimbangkan norma-norma yang ada terlebih ajaran agama.
Bulan Desember, bulan terakhir dalam sistem penanggalan Masehi bagi sebagian kalangan merupakan bulan yang menjadi saat-saat yang tepat untuk introspeksi diri dari setiap kesalahan yang dilakukan setahun penuh sekaligus menyusun strategi guna meraih impian-impian baru sebelum melangkah pasti menitih kehidupan di tahun berikutnya. Namun, bagi kalangan ummat Islam yang paham akan agamanya, bulan ini agaknya menjadi bulan kesedihan dan kegalauan karena setidaknya ada 2 moment di bulan Desember ini dimana ummat Islam dihadapkan pada tradisi dan kebudayaan agama lain yakni hari natal dan selanjutnya adalah perayaan tahun baru Masehi yang merupakan tradisi ‘wajib’ bagi penduduk di seluruh permukaan bumi yang berjumlah sekitar kurang lebih 6 Milyar jiwa. Bukannya sedih karena tidak sempat merayakannya, namun sebaliknya, budaya copy paste, latah, ikut merayakan, bersuka cita, sampai ikut-ikutan berbuat maksiat telah mewarnai pemikiran dan tingkah laku ummat Islam terlebih para pemuda.. Dalam kalangan ummat Islam istilah ini dikenal dengan istilah tasyabbuh. Mari kita telisik satu persatu bentuk tasyabbuh tersebut.