Inilah Dokumen Rahasia sekte agama Syi'ah, tentang misi jangka panjang
mereka (50 tahun kedepan), untuk menegakkan kembali dinasti Persia yang
telah runtuh oleh Islam berabad-abad lamanya, sekaligus
membumi-hanguskan negara-negara Ahlus Sunnah, musuh bebuyutan mereka.
Dokumen ini disebarkan oleh Ikatan Ahlus Sunnah di Iran, begitu pula
majalah-majalah di berbagai negara Ahlus Sunnah (Islam), termasuk
diantaranya Majalah al-Bayan, edisi 123, Maret 1998.
Karena naskah yang tersebar adalah naskah dalam bahasa arab, maka
kami terjemahkan ke dalam bahasa indonesia, agar orang yang tidak mampu
berbahasa arab pun bisa memahami isi naskah tersebut.
Sekarang kami persilahkan Anda membaca terjemahannya:
((Bila kita tidak mampu untuk mengusung revolusi ini ke
negara-negara tetangga yang muslim, tidak diragukan lagi yang terjadi
adalah sebaliknya, peradaban mereka -yang telah tercemar budaya barat-
akan menyerang dan menguasai kita.
Alhamdulillah, -berkat anugerah Allah dan pengorbanan para
pengikut imam yang pemberani- berdirilah sekarang di Iran, Negara Syiah
Itsna Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam), setelah perjuangan
berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, -atas dasar petunjuk para
pimpinan syi’ah yang mulia- kita mengemban amanat yang berat dan bahaya,
yakni: menggulirkan revolusi.
Kita harus akui, bahwa pemerintahan kita adalah pemerintahan yang
berasaskan madzhab syi’ah, disamping tugasnya melindungi kemerdekaan
negara dan hak-hak rakyatnya. Maka wajib bagi kita untuk menjadikan
pengguliran revolusi sebagai target yang paling utama.
Akan tetapi, karena melihat perkembangan dunia saat ini dengan
aturan UU antar negaranya, tidak mungkin bagi kita, untuk menggulirkan
revolusi ini, bahkan bisa jadi hal itu mendatangkan resiko besar yang
bisa membahayakan kelangsungan kita.
Karena alasan ini, maka -setelah mengadakan tiga pertemuan, dan
menghasilkan keputusan, yang disepakati oleh hampir seluruh anggota-,
kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5
tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk
menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan
menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi’ah-kannya).
Karena bahaya yang kita hadapi dari para pemimpin Wahabiah dan
mereka yang berpaham ahlus sunnah, jauh lebih besar dibandingkan bahaya
yang datang dari manapun juga, baik dari timur maupun barat, karena
orang-orang Wahabi dan Ahlus Sunnah selalu menentang pergerakan kita.
Merekalah musuh utama Wilayatul Fakih dan para imam yang ma’shum, bahkan
mereka beranggapan bahwa menjadikan faham syi’ah sebagai landasan
negara, adalah hal yang bertentangan dengan agama dan adat, dengan
begitu berarti mereka telah memecah dunia Islam menjadi dua kubu yang
saling bermusuhan.
Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di daerah-daerah berpenduduk Ahlus
Sunnah di Iran, khususnya kota-kota perbatasan. Kita harus menambah
masjid-masjid dan husainiyyat kita di sana, disamping menambah volume
dan keseriusan dalam pengadaan acara-acara peringatan ritual syi’ah.
Kita juga harus menciptakan iklim yang kondusif, di kota-kota
yang dihuni oleh 90-100 persen penduduk Ahlus Sunnah, agar kita bisa
mengirim dalam jumlah besar kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan
desa pedalaman, ke daerah-daerah tersebut, untuk selamanya tinggal,
kerja, dan bisnis di sana.
Dan merupakan kewajiban negara dan instansinya, untuk memberikan
perlindungan langsung kepada mereka yang diutus untuk menempati daerah
itu, dengan tujuan agar dengan berlalunya waktu, mereka bisa merebut
jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat pendidikan dan layanan umum,
yang masih di pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk pengguliran revolusi ini, -tidak
seperti anggapan banyak kalangan- akan membuahkan hasil, tanpa adanya
kericuhan, pertumpahan darah, atau bahkan perlawanan dari kekuatan
terbesar dunia. Sungguh dana besar yang kita habiskan untuk mendanai
misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-balik.
Teori Memperkuat Pilar-pilar Negara:
Kita tahu, bahwa kunci utama untuk menguatkan pilar-pilar setiap
negara, dan perlindungan terhadap rakyatnya, berada pada tiga asas
utama:
Pertama: Kekuatan yang dimiliki oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ulama dan penelitinya.
Ketiga: Ekonomi yang terfokus pada kelompok pengusaha pemilik modal.
Apabila kita mampu menggoncang pemerintahan, dengan cara
memunculkan perseteruan antara ulama dan penguasanya, atau memecah
konsentrasi para pemilik modal di negara itu, dengan menarik modalnya ke
negara kita atau negara lain, tak diragukan lagi, kita telah
menciptakan keberhasilan yang gemilang dan menarik perhatian dunia,
karena kita telah meruntuhkan tiga pilar tersebut.
Adapun rakyat jelata setiap negara, yang berjumlah rata-rata
70-80 persen, mereka hanyalah pengikut hukum dan kekuatan yang
menguasainya. Mereka disibukkan oleh tuntutan hidupnya, untuk mencari
rizki, makan dan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, mereka akan membela
siapa pun yang sedang berkuasa. Dan untuk mencapai atap setiap rumah,
kita harus menaiki tangga utamanya.
Tetangga-tetangga kita dari kaum Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah:
Turki, Irak, Afganistan, Pakistan, dan banyak negara kecil di pinggiran
selatan, serta gerbangnya negara teluk persia, yang tampak seakan
negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya berpecah-belah.
Daerah-daerah ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di
masa lalu, maupun di masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat
kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak ada di muka bumi ini
kawasan yang lebih sensitif melebihinya. Para penguasa di kawasan ini
memiliki taraf hidup yang tinggi, karena penjualan minyak buminya.
Kategori Penduduk di Kawasan Ini
Penduduk di kawasan ini terbagi dalam tiga golongan:
Pertama: Penduduk baduwi dan padang pasir, yang telah ada sejak beratus-ratus tahun lalu.
Kedua: Pendatang yang hijrah dari berbagai pulau dan pelabuhan,
yang telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan
terus berlangsung hingga zamannya Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind,
Raja al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi. Dan telah banyak perjalanan
hijrah dari waktu ke waktu, sejak mulainya revolusi Islam.
Ketiga: Mereka yang berasal dari negara arab lainnya, dan kota-kota pedalaman Iran.
Adapun lahan bisnis, perusahaan ekspor impor dan kontraktor,
biasanya dikuasai oleh selain penduduk asli. Sedangkan penduduk asli,
kebanyakan mereka hidup dari menyewakan lahan dan jual-beli tanah.
Mengenai para keluarga penguasa, biasanya mereka hidup dari gaji pokok
penjualan minyak buminya.
Adapun kerusakan masyarakat, budaya, banyaknya praktik yang
menyimpang dari islam, itu sangat jelas terlihat. Karena mayoritas
penduduk negara-negara ini, telah larut dalam kenikmatan dunia,
kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari mereka yang mulai membeli
perumahan, saham perusahaan, dan menyimpan modal usahanya di Eropa dan
Amerika, khususnya di Jepang, Inggris, Swedia, dan Swiss, karena
kekhawatiran mereka akan runtuhnya negara mereka di masa-masa mendatang.
Sesungguhnya dengan menguasai negara-negara ini, berarti kita telah
menguasai setengah dunia.
Beberapa Tahapan Dalam Menggulirkan Revolusi Ini
Untuk menjalankan misi panjang 50 tahun ini, langkah pertama yang
harus kita lakukan adalah: memperbaiki hubungan kita dengan
negara-negara tetangga, dan harus ada hubungan yang kuat dan sikap
saling menghormati, antara kita dengan mereka. Bahkan kita juga harus
memperbaiki hubungan kita dengan Irak, setelah perang berakhir dan Sadam
Husein jatuh, karena menjatuhkan seribu kawan itu lebih ringan,
dibanding menjatuhkan satu lawan.
Dengan adanya hubungan politik, ekonomi dan budaya antara kita
dengan mereka, tentunya akan masuk sekelompok kader dari Iran ke
negara-negara ini, sehingga memungkinkan kita untuk mengirim para duta
secara resmi, yang pada hakekatnya adalah pelaksana program revolusi
ini, selanjutnya kita akan tentukan misi khusus mereka saat menugaskan
dan mengirimkannya.
Janganlah kita beranggapan bahwa 50 tahun adalah waktu yang
panjang, karena kesuksesan langkah kita ini benar-benar membutuhkan
perencanaan yang berkelanjutan hingga 20 tahun. Sungguh tersebarnya
paham syi’ah, yang kita rasakan di banyak negara saat ini, bukanlah buah
dari perencanaan 1 atau 2 hari.
Dulunya kita tidak memiliki seorang pun pegawai di negara
manapun, apalagi kader dengan jabatan menteri, wakil negara dan
presiden. Bahkan dulunya banyak kelompok, seperti Wahabiah, Syafi’iah,
Hanafiah, Malikiah, dan Hanbaliah, memandang kita sebagai kelompok yang
murtad dari Islam, sehingga pengikut mereka telah berkali-kali
mengadakan pemusnahan kaum syi’ah secara massal. Memang benar kita tidak
merasakan pahitnya hari-hari itu, tetapi nenek moyang kita pernah
merasakannya. Kehidupan kita hari ini adalah buah dari gagasan,
pemikiran dan langkah mereka. Mungkin juga kita tidak akan hidup di masa
depan, akan tetapi revolusi dan madzhab kita akan tetap ada.
Untuk menunaikan misi ini, tidaklah cukup hanya dengan
mengorbankan hidup, atau apapun yang paling berharga sekalipun, akan
tetapi juga membutuhkan pemrograman yang telah matang dikaji.
Harus ada perencanaan untuk masa depan, walaupun untuk 500 tahun
ke depan, apalagi hanya 50 tahun saja. Karena kita adalah pewaris
berjuta-juta syuhada’, yang gugur di tangan setan-setan yang mengaku
muslim, darah mereka terus mengalir dalam sejarah, sejak meninggalnya
Rasul hingga hari ini. Dan cucuran darah itu tidak akan kering, sehingga
setiap orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali dan keluarga
Rasulullah, mengakui kesalahan nenek moyang mereka, dan mengakui syi’ah
sebagai pewaris utama ajaran Islam.
Beberapa Tahapan Penting Dalam Perjalanan Misi Ini
Tahap Pertama (sepuluh tahun pertama):
Kita tidak ada masalah dalam menyebarkan madzhab syi’ah di
Afganistan, Pakistan, Turki, Iran dan Bahrain. Karena itu, kita akan
menjadikan tahapan sepuluh tahun kedua, sebagai tahapan pertama di 5
negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal:
Pertama: Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan.
Kedua: Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan
fasilitasnya kepada para pengikut paham syi’ah, agar mereka mau hidup di
rumah yang dibeli, sehingga bertambah banyak jumlah penduduk yang
sepaham dengan kita.
Ketiga: Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para
pemodal di pasar dagang, dengan para pegawai kantor, khususnya mereka
yang menjabat sebagai kepala tinggi, dengan tokoh publik dan dengan
siapapun yang memiliki hak keputusan penuh di berbagai instansi negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada beberapa daerah, yang sedang
dalam proyek pengembangan, bahkan di sana ada rencana proyek
pengembangan untuk puluhan desa, kampung, dan kota kecil lainnya. Tugas
wajib para duta yang kita kirim adalah membeli sebanyak mungkin rumah di
desa itu, untuk kemudian dijual dengan harga yang pantas kepada orang
yang mau menjual hak miliknya di pusat kota. Sehingga dengan langkah
ini, kota yang padat penduduknya bisa kita rebut dari tangan mereka.