Senin, 16 Januari 2012

Fenomena Ma’mum yang terjadi di Masjid Kaum Muslimin


By : Abu Muhammad Al-Munawy
(Ketua Umum Fosmim Makassar)

Sebuah subuh yang Indah, seperti biasanya kaum muslimin warga pondokan Unhas harus rela meninggalkan kasur empuknya tuk menyambut panggilan sang Ilahi. Mata yang serasa belum puas menerawangi mimpi-mimpi indah dalam tidur harus terbelalak walaupun agak berat demi dorongan hati dalam  penghambaan diri kepada Rabb, Allah Subhaanahu Wata’ala sang penguasa subuh. Ya, shalat subuh merupakan shalat yang paling berat dikerjakan diantara shalat Fardhu yang lain apatah lagi bagi para mahasiswa. Tidak heran Nabi kita yang tercinta sudah mewanti-wanti dalam sebuah Haditsnya bahwa Shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat subuh. Ini tidak berarti kami mengklaim mahasiswa pondokan banyak yang munafik loh. Itu hanyalah wasiat Rasulullah yang menggambarkan pentingnya kedua shalat tersebut.
Setelah shalat subuh, lazimnya yang dilakukan oleh jama’ah adalah berzikir ba’da shalat, membaca Al Qur’an, berbincang dengan jama’ah yang lain, maupun ada yang langsung berdiri untuk kembali ke pondokan masing-masing entah untuk melakukan aktivitas yang produktif ataukah melanjutkan episode mimpi sebelumnya alias tidur kembali. Inilah yang merupakan sindrom tidur pagi yang menimpa kaum muslimin, mahasiswa, atau bahkan aktivis dakwah sekalipun, termasuk kami juga mungkin yang terkadang melakukannya (astaghfirullah). Semoga kita semua bisa menghilangkan kebiasaan kurang baik ini paling minimal menguranginya karena tidak bisa dipungkiri kadang memang kita kecapean karena bagadang di malam sebelumnya. 

Di subuh ketika itu, setelah beberapa saat setelah shalat ditegakkan, naiklah seorang Ust pondokan sekaligus orang tua kami yang akrab kami kenal dengan sebutan Ust Lingga. Beliau berinisiatif untuk memberikan kultum kepada para jama’ah. Itu bukan kali pertama beliau membawakan kultum. Dalam banyak kesempatan ba’da shalat subuh, beliau selalunya memberi siraman rohani kepada para jama’ah, singkat tapi menyentuh. Itulah ciri khusus wejangan beliau, singkat namun menukik tajam menyusuri lorong-lorong hati menyirami qalbu yang keruh. Menggugah,inspiratif dan menggetarkan jiwa. Beliau ketika itu memberikan kultum tentang pembagian atau kategori dari para ma'mum ketika shalat. Beliau mengatakan, ada 4 tipe ma'mum ketika shalat yaitu :
1.       Ma’mum Musaabaqah, artinya ma'mum yang berlomba dengan imam. Imam belum ruku, dia sudah ruku. Imamnya baru mau bangkit dari sujud dia sudah bangkit. Bahkan ada jama’ah yang pernah kami temukan imam belum selesai takbiratul ikhram dia sudah bertakbir bahkan yang lebih parah suara takbirnya lebih besar dari imam. Intinya ma’mum seperti ini sangat tidak dibenarkan.
2.       Ma’mum Muwaafaqah, artinya ma'mum yang menyamai imam. Saking taklid butanya sama imam (mungkin). Kondisi ma’mum seperti ini juga tidak dibenarkan.
3.       Ma’mum mutaaba’ah yakni ma'mum yang mengikuti imam. Yah inilah yang benar yang mesti kita ikuti. Ketika imam selesai melakukan suatu rukun dalam shalat, ma'mum langsung mengikuti gerakan tersebut. Para fuqaha telah menyebutkan kaidah yang baik dalam masalah ini, yaitu hendaknya ma'mum segera bergerak ketika imam telah selesai mengucapkan takbir. Ketika imam selesai melafadzkan huruf (ra’) dari kalimat Allahu Akbar, saat itulah makmum harus segera mengikuti gerakan imam, tidak mendahului dari batasan tersebut atau mengakhirkannya. Jika demikian maka batasan itu menjadi jelas. Semoga kita berada dalam golongan mutaaba’ah ini.
4.       Ma’mum mukhallafah artinya ma'mum yang menyelisihi imam. Maksudnya, ma'mum yang sengaja atau tidak sengaja sehingga dia ketinggalan beberapa rukun shalat dibanding imam. Contohnya ketika imam sudah sujud dia masih tumaninah dalam rukuknya. Ini saking khusu karena tumaninah atau lambat loading karena menghayal? he he. Intinya model ma'mum seperti ini juga tidak kalah buruknya alias keliru.

Tentang kesalahan tersebut, Ust Lingga mengatakan bahwa para ulama sekalipun bahkan sampai menyatakan ma'mum yang model shalatnya seperti ketiga jenis tipe ma'mum yang salah diatas, shalatnya dianggap batal. Kecuali mungkin karena tidak sengaja, lupa, atau lagi menghayal (mungkin). Yah semuanya juga kembali lagi karena tipu daya syaitan dalam shalat.
Diakhir-akhir kultum beliau, beliau menyebutkan bahwa kita hanya bisa bersamaan dengan imam hanya dalam satu kondisi dalam shalat fardhu yakni ketika mengatakan aamin setelah bacaan surah Al Fatihah dalam shalat jahriyyah (maghrib, isya, dan subuh).

Setelah usai kultum, kamipun berdiri dan menghampiri ikhwah-ikhwah al-Hizaam sambil berjalan menuju sekretariat masjid dan berkata kepada ikhwa-ikhwa termasuk Kak Iwan yang terkenal dengan banyolannya, Akupun berujar “Bagaimana dengan imam yang pembalap kok tidak di bahas? Merekapun tertawa dan ada pula yang senyum-senyum setengah mati. Emang ada ya senyum-senyum setengah mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar