Jumat, 06 Januari 2012

Antara Hak Anak Dan Kewajiban Ibu




Oleh : Salamah Ummu Ismail

Anak, sebagai darah daging kedua orang tua, merupakan bagian yang tak terpisahkan   dari ibunya. Anak mempunyai hak-hak yang merupakan kewajiban orang tuanya, terutama ibunya, untuk menunaikan hak-hak tersebut. Jadi bukan hanya anak yang mempunyai kewajiban atas orang tua, tetapi orang tua pun mempunyai kewajiban atas anak. Secara ringkas kewajiban orang tua atas anaknya adalah sebagai berikut:

A.  Menyusui

Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)
Allah berfirman, yang artinya:Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS Al Ahqaf 15). Al 'Allamah Siddiq Hasan Khan berkata, "Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Maksudnya, adalah jumlah waktu selama itu dihitung dari mulai hamil sampai disapih."

B.  Mendidiknya

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Diasenantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammaddan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu. Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti mencucikan pakaiannya atau memberslhkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan. Berikut beberapa perkara yang wajib diperhatikan oleh ibu dalam mendidik anak-anaknya.

1.  Menanamkan Aqidah Yang Bersih

Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan Sunnah yang shahih. Allah berfirman yang artinya: Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah. (QS Muhammad: 19) Rasulullah bersabda, yang artinya. Dari Abul Abbas Abdullah bln Abbas, dia berkata: Pada suatu hari aku membonceng di belakang Nabi, kemudian beliau berkata, 'Wahai anak. Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadpanmu. Apablla engkau meminta, maka minta-lah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertotongan, maka mohonlah pertotongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu.
Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah kering." Dan dalam riwayat lain (Beliau berkata), "Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatiNya di hadapanmu. Perkenalkanlah dirimu kepada Allah ketika kamu senang, niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan. Ketahuilah, apaapa yang (ditakdirkan) luput darimu, (maka) tidak akan menimpamu. Dan apa-apa yang (ditakdirkan) menimpamu, ia tidak akan luput darimu.Ketahuilah, bahwa pertolongan ada bersama kesabaran, kelapangan ada bersama kesempitan, dan bersama kesusahan ada kemudahan." Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.

2.  Mengajari Anak Shalat

Mengajarkan anak-anak shalat yaitu dalam hal-hal yang utamanya, wajib-wajibnya, waktunya, cara berwudhu dan dengan shalat dihadapan mereka. Demikian pula dengan pergi bersama mereka ke masjid, berdasarkan sabda Nabi dan hadits Sabrah, Perintahkanlah anak untuk shalat apabila mereka telah berumur tujuh tahun.
Dan jika mereka telah berumur sepuluh tahun (tetapi tidak shalat), maka pukullah mereka.
Hendaknya para ibu mengajarkan kepada mereka, bahwa shalat bukan hanya sekedargerakan atau rutinitas seorang hamba kepada Rabbnya. Akan tetapi, shalat merupakan hubungan yang dalam dan kuat antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Maka peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh, supaya tidak meninggalkan shalat. Berilah mereka ancaman bila meninggalkan perbuatan tersebut. Suruhlah mereka untuk senantiasa bersegera menunaikan shalat pada awal waktu. Allah di berfirman yang artinya: Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat serra mengerjakan amal shalih. (QS Maryam: 59-60).
Nabi bersabda, Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi, bahwa tidak ada sesembahan yang hak, kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, dan sampai mereka mendirikan shalat, menunaikan cakat Apabila mereka melakukan itu, maka terjagalah dariku darah-darah mereka dan harta-harta mereka, kecuali merupakan hak Islam; dan perhitungan mereka atas Allah.Ibnu Hazm berkata, "Barangsiapa mengakhirkan shalat dan waktunya, maka dia itu hina"



3.  Menanamkan Kecintaan Kepada Allah dan RasuINya, dan Mendahulukan Keduanya

Dari Anas dia berkata, Rasulullah bersabda, "Tidak sempurna imam seseorang diantara kalian sampai aku menjadi orang yang lebih dicintainya daripada bapaknya, anaknya dan seluruh manusia." Dengan menanamkan kecintaan kepada Allah dan RasuI-Nya di hati anak-anak akan mengantarkan mereka menyambut seruan Allah dan RasuINya. Dan ini menjadi motivasi dasar untuk seluruh yang mengikutinya.

4.  Mengajarkan Al Qur’an dan Menyuruh Anak-Anak Menghafalkan

Ini merupakan masalah besar yang hanya akan didapatkan oleh orang yang secara sungguh-sungguh berusaha menghafal dan mengamalkannya. Hendaklah ibu memulainya dengan menyuruh menghafal surat Al Fatihah dan surat-surat pendek. Demikian pula hendaklah kita menyuruh mereka menghafal at tahiwat untuk shalat.Hadits-hadits Nabi telah menunjukkan keutamaan itu semua. Diantaranya yang diri-wayatkan oleh Utsman bin Affan dari Nabi beliau bersabda,"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya." Para ibu pada masa kejayaan Islam, benar-benar memotivasi anak-anaknya untuk mendapatkan kebaikan, terlebih lagi dari Al Qur'an, sebagaimana mereka mengusahakan kebaikan bagi jiwa anak-anaknya.

5.  Membuat Anak-Anak Cinta Kepada Sunnah Serta Menyuruh Mereka Menjaganya

Allah berfirman, yang artinya: Barangsiapa mentaati Rasul itu, maka sesunguhnya dia telah mentaati Allah (QS An Nisa: 80). Allah berfirman, yang artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (QS AI Hasyr:7). Nabi bersabda, dari hadits Irbadh bin Sariyah yang artinya: "Aku wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, mend-gar dan taat, meskipun yang memerintahkan kalian adalah budak dari Habasyah. Karena sesungguhnya, barangsiapa diantara kalian hidup setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Berpegang teguhlah kalian dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat pentunjuk. Peganglah ia erat-erat, dan gigitlah ta dengan gerahammu."


6.  Menanamkan Kepada Anak Agar Benci Kepada Bid’ah

Agama Islam adalah agama yang sempurna. Allah berfirman, yang artinya: Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dia mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkandia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan a ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempatkembali. (QS An Nisa :115) Nabi bersabda, dari hadits Abdullah bin Mas'ud, Setiap perkara yang baru (dalam agama) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.Jadi setiap bid'ah itu tertolak, sebagaimana disebutkan dalam hadits. Adapun pembagian bid'ah menjadi dua, yaitu: bid'ah mahmudah (terpuji) dan bid'ah madzmumah (tercela), maka sebenamya yang dimaksudkan ialah bid'ah (perkara baru) secara bahasa saja, bukan secara syar'iyyah.

7.  Membuat Anak-Anak Cinta Kepada Ilmu Syar’i dan Bersabar Dalam Meraihnya

Ilmu syar'i merupakan ilmu yang paling mulia. Allah telah memuji ilmu dan ulama lebihdari satu ayat dalam Al Qur'an. Allah berfirman, yang artinya: yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah ulama. (QS Fathir: 28). Dan katakanlah: " Ya Rabb, tambahkanlah kepadaku ilmu". (QS Thaha:114). Dari Zar bin Hubasyi, dia berkata, "Aku mendatangi Sofwan bin 'Assal Al Muradi, lalu dia berkata, "Untuk tujuan apa engkau datang kemari?" Aku menjawab, "Karena mengharapkan ilmu". Dia berkata, "Sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut iImu, karena ridha dengan apa yang mereka carl." Belajar ketika masih kecil lebih baik daripada belajar ketika sudah dewasa, sebagaimana dalam sebuah sya'ir:Belajar sewaktu kecil bagaikan melukis di atas batu. Pada masa permulaan Islam para ibu memotivasi anaknya untuk menuntut ilmu (syar'i).Bahkan ada yang rela bekerja agar si anak bisa belajar. Lihatlah, bagaimana manusia memuji Sufyan Ats Tsauri karena keluasan ilmu yang dimilikinya. Al Auza'i berkata tentangnya; "Tidak ada orang yang padanya orang awam berkumpul dengan ridha dan lapang dada, kecuali satu orang di Kufah yaitu Sufyan" Sufyan tidaklah mencapai apa yang menjadi cita-citanya, kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian pertolongan ibunya yang shalihah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad dari Waki', dia berkata,"Ummu Sufyan berkata kepada Sufyan, 'Wahai, anakku. Tuntutlah iImu dan aku akan cukupimu dengan alat pemintalku'." Alangkah besarnya tokoh-tokoh yang keluar dari madrasah ibu.Ibu adalah madrasah. Apabila engkau mempersiapkannya, berarti engkau mempersiapkan generasi yang kuat akarnya Ibu adalah taman. Jika engkua merawatnya, dia akan hidup dengan elok, tumbuh daunnya beraneka rupa Ibu adalah guru pertamanya para guru Kemuliaanya terpancar menyebar sepanjang cakrawala.

8.  Mengajarkan Kepada Anak Untuk Meminta Izin

Ini termasuk adab mulia yang penting diajarkan dan dibiasakan oleh seorang ibu muslimah kepada anak-anaknya, khususnya jika anak hampir baligh. Islam telah memberikan batasan dan rambu-rambu tentang hal ini dengan jelas. Allah berfirrman, yang artinya:Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelahi dan wanita)
yang kamu miliki dan orang-orang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum shalat shubuh, ketika kamu sedang menanggalkan pakaian (luarmu) di tengah hari dan sesudah shalat isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tdak ada dosa atasmu dan tidak pula atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka minta izin, seperti orang-orang sebelum mereka minta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QSAn Nur: 58,59). Ayat-ayat tersebut menjelaskan waktu-waktu yang tidak diperbolehkan bagi anak-anak yang belum baligh untuk masuk, kecuali setelah mendapat izin. Adapun selain tiga waktu tersebut, maka tidak berdosa atas mereka masuk tanpa izin. Imam Ibnu Katsir menjelaskan yang menjadi sebab perlunya meminta izin pada tiga waktu tersebut. Dia berkata, "Allah Ta'ala memerintahkan orangorang beriman, agar para budak yang mereka miliki dan anakanak mereka yang belum baligh untuk meminta izin kepada mereka dalam tiga waktu, yaitu:

1. Sebelum shalat fajar.Karena pada waktu itu manusia sedang tidur ditempat tidurnya.
2. KetIka menanggalkan pakaian pada slang hari, yaitu pada waktu qailulah (tidur siang), karena manusia seringkali sedang menanggalkan pakaiannya bersama istrinya pada waktu itu.
3. Setelah shalat Isya. Karena itu saat waktu tidur, maka diperintahkan kepada para budak dan anak-anak (yang belum baligh) untuk tidak masuk kepada ahli bait tanpa izin, karena dikhawatirkan ketika itu seorang suami sedang bersama istrinya atau sedang melakukan hal Iainnya. Oleh karena itu Allah ber_rman, yang artinya: (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak pula atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Maksudnya, apabila mereka masuk selain dari tiga waktu itu tanpa izin,maka tidak apa-apa atas kalian dan tidak pula atas mereka apabila mereka melihat sesuatu selain dari tiga waktu itu, karena telah diizinkan bagi mereka masuk tanpa izin, dan karena mereka banyak berinteraksi dengan kalian untuk melayani kalian atau yang lainnya." Adapun bagi anak-anak yang telah baligh, maka mereka harus mina izin setiap waktu apabila ingin masuk. Al Auza'i berkata dari Yahya bin Katsir, "Apabila anak masih berumur empat tahun, maka dia meminta izin kepada kedua orang tuanya dalam tiga waktu. Apabila mereka telah baligh, maka dia harus minta izin setiap waktu. "Keharusan minta izin ini tidak hanya ketika akan masuk ke rumah orang lain saja, akan tetapi juga ketika masuk ke rumah yang hanya dihuni oleh ibu atau saudara perempuannya. Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Hudzaifah,"Apakah aku harus mintaizin kepadaibuku?" Dia menjawab, "Jika engkau tidak minta izin kepadanya, engkau akan melihat apa yang engkau benci." Imam Al Bukhari meriwayatkan pula tentang keharusan seorang laki-laki minta izin kepada saudarinya. 'Atha bertanya kepada lbnu Abbas tentang meminta izin kepada saudara perempuan, maka Ibnu Abbas berkata, " Ya," lalu aku ulangi lagi, "Dua saudariku itu berada dalam pemeliharaanku, aku yang menjamin dan menafkahi mereka, apakah aku harus izin?" Beliau menjawab, "Ya. Apakah engkau suka melihat saudarimu sedang telanjang?" Kemudian beliau membaca, Al Qur'an surat An Nur ayat 58. Kemudian Atha' berkata, "Mereka diperintahkan minta izin kecuali padatiga waktu itu,". Ibnu Abbas membaca, _rman Allah yang artinya: Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang sebelum mereka minta izin. (QS An Nur:59). Ibnu Abbas berkata, "Minta izin hukumnya wajib." Ibnu Juraij menambahkan, "Atas setiap manusia."

9.  Menanamkan Kejujuran

Jujur adalah sikap terpuji yang wajib kita tanamkan kepada anak-anak. Allah berfirman,yang artinya: Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklahkamu bersama orang-orang yang benar (jujur). (QS At Taubah :9). Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak. Demikian pula hadits telah berulang menyitir akhlak terpuji ini.Dari Ibnu Mas'ud dari Nabi beliau bersabda,Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menuntun kepada surga, dan sesungguhnya seseorang berkata jujur sehingga dia menjadi orang yang jujur. Dan sungguhnya kedustaan menunjukkan kepada kejahatan, sedangkan kejahatan mengantar kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang berkata dusta hingga la tercatat di sisi Allah sebagai pendusta. Berkata jujur adalah kemuliaan bagi anak-anak kita. Dan tidak akan tersealisasi, kecuali dengan berkata jujur dalam segala urusan. Jika seseorang hiasa berdusta, dia akan senantiasa dianggap pendusta di hadapan manusia meskipun dia berkata jujur.

10.  Menanamkan Sifat Sabar

Allah berfirman, yang artinya: Sesungguhnya hanya orang yang bersabadah yang dicukupkan pahala mereka tanpa hisab. (QS Az Zumar : 10). Dan juga firman-Nya yang artinya: Hai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan kepada Allah dengansabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah: 153). Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan dia berkata, "Rasulullah bersabda,
Sungguh menakjubkan urusan orang yang briman, sesunguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak terjadi, kecuali bagi orang yang beriman. Apabila dia diberi kesenangan, maka dia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan apabila dia ditimpa kesusahan, maka dia bersabar, dan itupun baik baginya."

11.  Menyadarkan Kepada Anak Tentang Berharganya Waktu

Sesungguhnya menjaga waktu akan menanamkan sifat menepati janji pada waktunya.Demikian pula harus diperhatikan, agar menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktun-ya. Oleh karena itu Allah menganjurkan kita untuk menyusun jadwal kegiatan danmengerjakannya pada waktu yang telah direncanakan. Dan waktu sangat terbatas.
Allah berfirman, yang artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS An Nisaa :103).
Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Nabi, "Amal apa yang paling dicintai oleh Allah?"
Beliau menjawab, 'Shalat pada awal waktunya....' Allah mengkhususkan masalah shalat, karena shalat dilakukan berulang lima kali sehari semalam. Apabila seseorang menjaga shalatnya dan melaksanakannya pada awal waktu, maka hal dapat menanamkan kedisiplinan dan pemanfaatan waktu. Dan agar menjadikan waktu sehat dan luangnya sebagai kesempatan untuk melakukan kebaikan, karena umur itu terbatas. Ibnu Abbas berkata, bahwa Nabi bersabda, Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengannya, yaitu kesehatan dan waktu luang. Para salafush shalih dan orang orang yang meniti jalan mereka adalah manusia yang pal-ing ketat dan paling bersemangat dalam menjaga waktu, yakni dengan memanfaatkan dan memenuhinya dengan berbagai kebaikan dan hal-hal bermanfaat.

12.  Menanamkan Sifat Pemberani

Allah berfirman, yang artinya:  Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (QS At Taubah:111).
Dan Abu Aufa Nabi bersabda, "Dan ketahuilah bahwa surga di bahah naungan pedang
Ibnu Hajar berkata, Al Qurtubi berkata, "Sabda Rasulullah di atas termasuk ucapan yang indah, singkat tapi padat. Memiliki gaya bahasa nan indah, ringkas dan lafazhnya bagus. (Ucapan) ini memberi faidah anjuran untuk berjihad, dan mengabarkan pahalanya, serta anjuran menghadapi musuh yang menggunakan pedang, serta bersatu ketika perang, sehingga pedang menaungi orang-orang yang berperang "Ibnul Jauzi berkata, "Maksudnya adalah surga dapat diraih dengan jihad."Pada periode awal Islam, para ibu menjadi penolong dan pendorong anak-anaknya agar memiliki sifat pemberani. Dalam sejarah terdapat contoh-contoh tentang hal itu. Sebutlah Abdullah bin Zubair bin Awwam. Ketika dia keluar untuk memerangi Hajjaj binYusuf, bersamanya tidak ada orang, kecuali sedikit orang. la mengadu kepada ibunyaAsma tentang ketidak pedulian manusia dan sikap diam mereka terhadap Hajjaj sampaiorang yang paling dekat denganya sekalipun. Abdullah menanyakan pendapat ibunya. Lalu apakah yang dikatakan oleh wanita yang berjiwa besar ini? Apakah ia berkata kepada putranya, "Tinggalkanlah urusan ini" karena ia khawatir terhadap keselamatan putranya yang merupakan darah dagingnya? Tidak, demi Allah. Bahkan ia memompakan keberanian dan kesabaran sampal ia mati syahid. Dengan keberanian dan jihad semacam inilah akan tegak berdiri Daulah Islamiyah yang diharapkan dengan izin Allah.

13.  Bersikap Adil Diantara Anak-Anak

Dari Nu'man bin Basyir, Rasulullah bersabda, Bersikap adllah diantara anak-anakmu, adillah diantara anak-anakmu, adillah diantara anak-anakmu  Pada bagian akhir dari pembahasan ini, ingin aku sitirkan _rman Allah melalui lisan Luqman Al Hakim kepada anaknya sebagai nasihat atas anak. "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengejakan kebaikan dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar dan bersabarlah terhadap apa-apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesunguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." (QS Lugman:7-19).
Saudariku muslimah, sesungguhnya anak-anak kita adalah amanah yang dititipkan Allahkepada kita. Allah akan menanyakan, apakah kita akan menjaganya atau menyianyiakannya. Maka wajib atas kita untuk menjaga amanah ini. Dengan keyakinan, kita mendidik generasi muslim, kita persiapkan mereka agar menjadi generasi kuat untuk menghadapi orang-orang yang menyimpangkan Al Kitab dan Assunnah. Wallahu walyyut taufiq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar