Jumat, 06 Januari 2012

KEADAAN WANITA DI SURGA




Oleh: Sulaiman ibn Shalih al Kharasyi


Sesungguhnya surga dan kenikmatannya tidaklah khusus bagi kaum laki-laki saja, akan tetapi surga itu: “Disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran:133) dari dua jenismakhluk manusia; laki-laki dan perempuan, sebagaimana Allah Ta’ala telah mengabarkan yang demikian.“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga.”
(QS. an Nisa’:124)

Hendaklah setiap wanita tidak sibuk pikirannya dengan banyak pertanyaan dan penyelidikan tentang perincian masuknya dia ke dalam surga. Apa yang akan diperlakukan terhadapnya? Kemana ia akan pergi? Bagaimana nasibnya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Seakan-akan dia akan maju menuju padang pasir yang mematikan.! Cukuplah baginya mengetahui dan meyakini bahwa hanya dengan sekedar masuk ke dalam surga, akan sirna segala kepedihan dan kesusahan yang pernah dia alami. Dan yang demikian itu akan berubah menjadi kebahagiaan yang terus menerus, dan kekekalan yang abadi. Cukuplah baginya firman Allah tentang surga yaitu:“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (QS. al Hijr:48) Dan firman Allah “Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. az Zukhruf:71) Dan sebelum itu semua cukuplah baginya firman Allah tentang penduduk surga yang artinya:“Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha terhadap-Nya.” (QS. al Maidah:119)

Di dunia, wanita tidak akan keluar dari beberapa keadaan berikut ini:

1. Adakalanya dia meninggal sebelum dia menikah.
2. Adakalanya dia meninggal setelah dia dicerai / ditalak dan sebelum menikah dengan suami yang lainnya.
3. Adakalanya dia sudah menikah akan tetapi suaminya tidak masuk ke dalam surge bersamanya.  Wal’iyadzubillah.
4. Adakalanya dia mati setelah pernikahannya.
5. Adakalanya suaminya meninggal, dan dia tinggal dalam keadaan tanpa suami hingga dia mati.
6. Adakalanya suaminya meninggal, kemudian dia menikah dengan orang lain setelahnya.

Ini adalah keadaan kaum wanita di dunia. Maka bagi setiap keadaan ada balasan yang sepantasnya di surga, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengatur tentang hal itu:

1. Adapun wanita yang telah meninggal sebelum bersuami, maka dia akan dinikahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla di surga dari seorang laki-laki dunia yang Allah kehendaki, berdasarkan hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Dan tidaklah di dalam surga itu ada seorang yang bujang.” (HR. Muslim, 5062). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka sesungguhnya Allah akan menikahkannya dengan suami yang bisa menyenangkannya di surga. Maka kenikmatan surga tidaklah terbatas hanya pada kaum laki-laki, akan tetapi diperuntukkan bagi laki-laki dan perempuan. Dan diantara bentuk kenikmatan surga adalah pernikahan.”
2. Wanita yang mati dalam keadaan ditalak atau janda maka iapun akan dijodohkan oleh Allah seperti wanita yang pertama.
3. Wanita shalihah yang suaminya tidak masuk surga juga demikian. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:”Jika seorang wanita termasuk penduduk surga dan dia belum menikah atau suaminya yang dulu (di dunia) bukan termasuk penduduk surga maka sesungguhnya jika dia telah masuk surga kemudian di sana ada penduduk surga yang belum menikah dari golongan laki-laki, maka salah seorang diantara mereka menikahinya.” Saya katakan:”Bahkan bisa saja dijodohkan dengan laki-laki yang sekufu (sebanding) meskipun laki-laki itu sudah mempunyai isteri lebih dari satu, seperti Asiyah isteri Fir’aun dan Maryam binti Imran, mereka dinikahkan oleh Allah di surga dengan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Karena tidak ada yang pantas menjadi pendampingnya kecuali Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir:4/495 pada surat at tahrim, Tafsir al Qurthubi:18/170, Fathul Qadir:4/231). Hisyam ibn Khalid berkata:”Suami masuk neraka, dan isterinya masuk surga, maka isterinya diwariskan kepada ahli surga sebagaimana isteri Fir’aun diwarisi oleh ahli surga.”(al Tadzkirah:461, Faidhul Qadir hadits no 7989, ad Durr al Mantsur:6/395,8/225).
4. Adapun wanita yang meninggal setelah pernikahannya, maka di surga dia akan tetap menjadi isteri dari suami yang ditinggal mati dulu.
5. Adapun wanita yang suaminya meninggal, kemudian dia tinggal dan tidak menikah sesudahnya sampai meninggal, maka dia akan menjadi isteri suaminya tersebut di surga.
6. Adapun wanita yang suaminya meninggal lebih dulu, kemudian dia menikah lagi setelahnya, maka sesungguhnya dia untuk suaminya yang terakhir, sekalipun isterinya itu banyak.

Berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam “Isteri itu untuk suaminya yang terakhir.” (HR. al Baihaqi:7/70, Thabrani, Abu Ya’al dll).Dan berdasarkan perkataan Hudzaifah kepada isterinya:”Jika engkau berkeinginan menjadi isteriku di surga, maka janganlah menikah setelah (kematian)ku, dikarenakan seorang wanita di surga untuk suami-suaminya yang terakhir di dunia, oleh karena itulah Allah mengharamkan isteri-isteri Nabi untuk menikah setelah beliau, dikarenakan mereka adalah isteri-isteri beliau di surga.” (Silsilah as Shahihah, 3/275). Juga berdasarkan ucapan Ummu Darda’ (Hujaimah bin Hayy al Aushabiyyah) ketika dilamar oleh Mu’awiyyah radhiallahu anhu, dia menolak dan berkata: Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Isteri itu untuk suamimu yang terakhir” maka saya tidak ingin mengganti Abu Darda’ dengan yang lain. Ini adalah hadits shahih, lihat al Mathalib al Aliyyah :2/67, al Jami’ al Shaghir, Tafsir al Qurthubi, surat al Ahzab:229, Musykilul Atsar: 1/376, Fatawa al Ramli:6/268 dll.

Satu pendapat mengatakan: wanita itu untuk suaminya yang paling baik akhlaknya, yang jika ia diberi kebebasan untuk memilih pasti memilihnya. Pendapat ini didasarkan pada hadits Anas radhiallahu anhu dalam Mu’jam al Kabir, bahwa Ummu Habibah menanyakan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tentang wanita yang bersuami lebih dari satu, maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab:”Ia untuk yang terbaik akhlaknya. Wahai Ummu Habibah baiknya akhlak telah membawa kebaikan dunia dan akhirat.” (Hadits Dha’if, lihat Ihya’ Ulumuddin :3/45, Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158 dari Ummu Salamah, al Qurthubi dalam al Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir:460)


Syaikh Athiyah Saqr dari al Azhar memandang bahwa ini adalah termasuk perkara ghaib yang seharusnya dikembalikan kepada Allah dan tidak bisa kita pastikan kecuali dengan kabar yang qath’i (pasti). Menurutnya pendapat yang lebih mirip dengan kenikmatan surga yang agung adalah pendapat yang kedua, yaitu untuk suaminya yang terbaik. Wallahu a’lam. (Fatawa al Azhar:10/28) Selain itu ada pendapat ketiga yang mengatakan bahwa wanita yang pernah bersuami lebih dari satu, yang suaminya masing-masing meninggal dunia sebelumnya maka jika semuanya masuk surga dia disuruh memilih salah satu di antara para suaminya itu, namun pendapat ini tidak menyertakan dalil. Kemudian, mungkin ada yang berkata:”Sesungguhnya telah diriwayatkan di dalam do’a jenazah kita berdo’a: “Dan gantilah dia dengan suami yang lebih baik dari suaminya.” Maka jika dia telah menikah, bagaimana kita berdo’a untuknya dengan do’a ini, sementara kita tahu bahwa suaminya di dunia adalah suaminya di surga, maka jika dia belum menikah, dimanakah suaminya.?

Jawabannya adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah: ”Jika dia belum menikah, maka maknanya adalah lebih baik dari suaminya yang diperkirakan untuknya seandainya dia tidak mati (kemudian menikah). Adapun jika dia telah menikah maka makna “lebih baik dari suaminya” adalah lebih baik darinya dalam masalah sifat-sifat yang ada di dunia, dikarenakan pergantian ada kalanya dengan pergantian zatnya sebagaimana seandainya engkau menjual kambing dengan onta misalnya, dan adakalanya dengan pergantian sifat sebagaimana seandainya engkau berkata:” Mudah-mudahan Allah mengganti kekufuran orang ini dengan keimanan.” Sebagaimana pula firman Allah yang artinya: “(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (QS. Ibrahim:48). Bumi yang dimaksud adalah bumi, akan tetapi dihamparkan (diratakan) sedang langit adalah langit akan tetapi dia telah terbelah.”

Pertanyaan yang berulang

Tatkala Allah menyebutkan hal-hal yang mempesona yang ada di dalam surga, berupa berbagai macam makanan, pemandangan yang indah, tempat tinggal, dan pakaian, maka sesungguhnya semua itu bersifat umum untuk dua jenis (laki-laki dan perempuan), semuanya menikmatinya sebagaimana telah disebutkan. Sisanya bahwa sesungguhnya Allah telah mempesonakan kaum laki-laki dan membuat mereka rindu terhadap surga dengan menyebutkan para bidadari dan wanita-wanita jelita yang ada didalamnya, dan tidak pernah disebutkan yang semisal ini untuk kaum wanita. Maka kadang-kadang kaum wanita bertanya-tanya tentang sebab hal tersebut!

Jawabnya adalah :

Pertama: Sesungguhnya Allah “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. al Ambiya:23), akan tetapi tidak jadi masalah kita mengambil faidah dari hikmah tindakan ini dari nash-nash syar’i dan kaidah pokok Islam, maka saya katakan:

Kedua: Sesungguhnya termasuk tabiat wanita adalah malu-sebagaimana sudah diketahui- oleh karena itulah Allah tidak mengiming-iming mereka dengan apa yang merasa malu terhadapnya.

Ketiga : Sesungguhnya kerinduan seorang wanita terhadap laki-laki tidak seperti kerinduan laki-laki terhadap wanita-sebagaimana yang telah dimaklumi bersama-oleh karena itu Allah membuat kaum laki-laki merindukan surga dengan menyebutkan wanita-wanita penghuni surga, sebagai pembenar sabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Tidaklah aku tinggalkan sebuah fitnah setelahku yang lebih berbahaya terhadap kaum laki-laki melebihi fitnahnya kaum wanita.” (HR. al Bukhari,16/41)
Adapun kaum wanita, maka kerinduan mereka kepada perhiasan yang berupa pakaian dan perhiasan mengalahkan kaum laki-laki, dikarenakan perhiasan merupakan barang yang wanita diciptakan untuk mencintainya, sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan.” (QS. az Zukhruf:18)

Keempat : Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah menyebut para isteri untuk para suami dikarenakan suamilah yang mencari, dan dialah yang berkeinginan terhadap wanita. Oleh karena itulah isteri-isteri itu disebutkan untuk kaum laki-laki di surga, dan mendiamkan penyebutan suami-suami untuk kaum wanita. Akan tetapi yang demikian tidak menunjukkan bahwa tidak ada suami bagi mereka, bahkan bagi mereka adalah suami dari anak cucu Adam . Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Sesungguhnya aku telah melihat kalian sebagai penghuni neraka yang terbanyak…”(HR. Bukhari,2/3) Dan di hsdits yang lain: “Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah kaum wanita.” (HR.Muslim, 13/ 282)

Intinya, agar kaum wanita berusaha keras untuk tidak menjadi penghuni neraka. Jika seorang wanita masuk ke dalam surga maka sesungguhnya Allah akan mengembalikan masa muda dan keperawanannya, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh orang-orang tua…sesungguhnya Allah jika memasukkan mereka (kaum wanita) ke dalam surga, maka Dia akan merubah mereka menjadi gadis-gadis perawan.” (HR. Thabrani 12/281)

Telah diriwayatkan pada sebagian atsar bahwa kaum wanita dunia akan menjadi jauh lebih jelita berlipat-lipat dibandingkan kejelitaan bidadari karena ibadah mereka kepada Allah. Setelah itu semua, maka surga tersebut telah dihias-hiasi untuk kalian wahai sekalian kaum wanita sebagaimana surga juga dihias untuk kaum laki-laki. “Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.” (QS. al Qamar:55).

Maka ingatlah kepada Allah, beramallah untuk Allah, gunakanlah segenap kesempatan, dikarenakan umur sebentar lagi akan berakhir, dan setelah itu yang ada hanyalah kekekalan. Maka hendaklah kekekalanmu berada di dalam surga insya Allah, dan ketahuilah bahwa mahar surga adalah iman dan amal shalih, bukan angan-angan kosong disertai berlebih-lebihan. Ingatlah sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Jika seorang wanita shalat lima waktu, puasa di bulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya:”Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki.” (HR. Ahmad dlm Musnadnya (1573), hadits hasan lighairihi, Shahihut Targhib wat Tarhib (1932))

Berhati-hatilah-dengan segenap kewaspadaan-terhadap para penyeru fitnah dan perusak kaum wanita dari golongan orang-orang yang berkeinginan untuk merusak, menghinakan dan memalingkan kalian dari kemuliaan dan kenikmatan surgawi. Janganlah sekali-kali tertipu dengan bujukan, rayuan serta mulut manis orang-orang yang mengajak kepada kebebasan dan kesetaraan gender. Sesungguhnya para pejabat, pemikir, penulis, penyiar, dan artis-baik laki-laki maupun perempuan- yang mengajak wanita membuka aurat, berbaur dengan lawan jenis secara bebas dengan alas an kemajuan, kebebasan, dan kesetaran adalah orang-orang yang berperilaku seperti orangorang kafir sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. an Nisa’:89)

Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufik kepada segenap kaum wanita muslimah untuk mendapatkan keberuntungan dengan surga yang penuh dengan kenikmatan, dan agar menjadikan mereka sebagai wanita-wanita yang diberi hidayah serta yang memberikan hidayah, dan agar memalingkan dari mereka syaitan-syaitan manusia dari para penyeru pengrusakan kaum wanita baik laki-laki maupun perempuan. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, kepada keluarga beliau dan para sahabat beliau.

Dari kitab beliau Ah walun Nisa’ fil Jannah secara ringkas.
Di kutip dari Majalah Qiblati Edisi 07 tahun II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar