Rabu, 04 Januari 2012

MANAGEMEN WAKTU SEORANG MUSLIM


Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya, Allah tidak akan merubah nasib seseorang/suatu kaum, sebelum seseorang/kaum tersebut mau merubah dirinya/kaumnya sendiri”

A. Memanfaatkan waktu dan Kendalanya
Pribadi muslim yang memahami hakekat hidup dan pentingnya waktu bagi dirinya (usianya), ia mengetahui benar bagaimana memanfaatkan waktu secara efisien untuk melakukan hal-hal yang positif agar hidup ini lebih bermakna dan diridhoi Allah SWT.
Sebaliknya, jika ia mengabaikan hal-hal tersebut, maka akan sia-sialah umurnya dan termasuk golongan orang-orang yang merugi, baik di dunia maupun akhirat.  Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yahya bin Hurairah : “waktu adalah barang yang paling berharga untuk kamu jaga.  Menurutku ia adalah sesuatu yang mudah hilang darimu”
Dari uraian tersebut mengandung makna bahwa waktu merupakan barang yang paling berharga dibanding barang-barang yang lain dan harus dimanfaatkan seefisien mungkin.  Oleh karena itu sebagai pribadi muslim yang bijaksana dapat mengalokasikan waktu untuk hal-hal yang lebih produktif.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan waktu antara lain :
1.Melakukan harokah (pergerakan) yang terarah ; yaitu suatu pergerakan yang terarah atas dasar ikhlas kepada Allah SWT, dan berjalan sesuai dengan manhaj salaffus sholeh.  Bagi seorang muslim yang ingin menguasai waktu, maka senantiasa berjalan (haroki) dengan  berbekal kalimatullah kemanapun kita pergi, baik di rumah, di sekolah, tempat ia mengajar, di tempat kerja atau ditempat-tempat lain.  Apabila seorang muslim telah melakukan hal ini, maka jiwanya tidak lagi kosong/hampa.
2.Bergaul dengan masyarakat : manusia adalah makhluk social yang membutuhkan teman dan masyarakat untuk berinteraksi dan bergaul baik secara batin maupun lahir.  Bergaul dengan masyarakat merupakan lahan terbaik bagi kita untuk mempergunakan waktu, dan metode ini telah ditempuh oleh para Nabi dalam mengisi waktu-waktu mereka.
3.Suka membantu orang lain : Agama Islam adalah agama harokah dan jihad,bukan agama yang penuh dengan khayalan dan janji-janji.  Agama Islam bukan agama yang hanya berlandaskan  teori dan nilai-nilai belaka, tetapi agama yang hidup dan bergaul dengan realita kehidupan.  Karena itu Nabi Muhammad SAW, menyeru kepada ummatnya, agar senantiasa berusaha membantu memenuhi kebutuhan orang lain, dengan sabdanya “Barang siapa yang melapangkan suatu kesulitan di dunia bagi orang mukmin, maka Allah pasti melapangkan baginya suatu kesulitan di hari kiamat”
4.Lima Perkara yang Disukai Para Sahabat, yaitu :
o    Selalu bergabung (berjama’ah) dengan orang-orang yang sholeh yang aktif.
o    Mengikuti (ittiba’) sunnah Nabi
o    Memakmurkan masjid
o    Tilawatil Qur’an
o    Jihad Fil Sabilillah
5.Membaca Buku-Buku Islam : membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memanfaatkan waktu.  Orang yang banyak membaca ilmunya bertambah, wawasannya bertambah dan penyebab bertambahnya iman seseorang.  Selain itu dengan terus membaca dan menela’ah isi berbagai macam buku dan kitab akan memberikan kepada seseorang kemampuan untuk menganalisa dan mengemukakan pendapatnya secara benar dan apabila ia mengkritik sesuatu masalah dilakukan dengan dasar ilmu pengetahuan yang sesuai Al-Qur’an dan As Sunnah.
6.Bertamasya (Rihlah) dan berdiskusi : Bertamasya bersama adalah cara yang sangat baik untuk mengisi waktu dengan menghibur diri (hati), menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang bermanfaat.  Berdiskusi atau seminar sebagai satu forum atau lahan untuk memanfaatkan waktu dengan efektif.  Dengan pengalaman berdiskusi menjadikan pribadi muslim ahli berargumentasi, dan mampu berpikir secara aktif.
7.Berolah Raga : Berolah raga merupakan sarana penting untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh.  Pribadi muslim yang bijaksana akan menjaga tubuhnya agar selalu sehat dan kuat sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan lancara.  Olah raga dapat dilakukan 2-3 kali per pecan atau menjadwalnya dengan baik, olah raga dapat dalam bentuk berlari-lari kecil, renang, beladiri, memanah, berkuda dan lain-lain dilakukan tanpa melanggar syari’at Islam, seperti menutup aurat, tidak berlebih-lebihan dalam olah raga sehingga meninggalkan sholat berjamaah.
Adapun kendala-kendala dalam memanfaatkan waktu antara lain :

1.Kecenderungan memperturutkan hawa nafsu : hawa nafsu yang berhasil menguasai manusia akan cenderung melanggar perintah dan larangan Allah, yang membuatnya hidup dalam kesia-siaan dan kesenangan semu serta segala yang tidak membawa keuntungan ukhrowi.
2.Merasa umur masih panjang (suka berangan-angan kosong) : orang yang yang berangan-angan dan merasa usianya masih panjang merupakan penyakit yang berbahaya dan kronis bagi manusia karena ia akan menjauhi perintah Allah, enggan bertobat, cinta dunia, lupa akan alam akhirat dan hatinya telah mengeras.
3.Tujuh kendala dan lima target akhir : yang menjadi ranjau/perintang bagi setiap muslim untuk mengisi waktu dan umur secara efektif dan efisien.  Rasulullah Muhammad SAW bersabda : Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datangnya tujuh perkara.  Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal, kecuali jika sudah dating : (1) Kemiskinan yang membuatmu lupa, (2) atau kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas,(3) Atau sakit yang merusakmu, (4) atau usia lanjut yang menjadkanmu pikun, (5) atau kematian yang tiba-tiba menjemputmu, (6) atau dajjal, suatu perkara ghoib terburuk yang ditunggu, (7) atau saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih” (HR. Tirmidzi).
Tujuh perintang tersebut sangat berbahaya dan senantiasa berada disepanjang jalan kehidupan manusia dalam menuju Allah.  Dengan mengingat dan memahami benar tujuh bahaya tersebut, Rasulullah memotivasi ummatnya agar mencapai lima target yang dipancangkan dan tidak membiarkan satupun luput dari jangkauan kita, sebagai mana sabdanya “Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima : (1) Hidupmu sebelum matimu, (2) sehatmu sebelum sakitmu, (3) Kesempatanmu sebelum sibukmu, (4) Mudamu sebelum tuamu, (5) Dan kayamu sebelum miskinmu.” (HR.  Ibnu Abbas).
4.Kekosongan hati : jika hati kosong dan hampa akan berakibat pada tidak berfungsi anggota tubuh yang lain untuk berbuat kebajikan (seperti telinga, mulut, tangan dan lain-lain) dengan kondisi yang demikian, manusia tidak tahu akan esensi waktu dan penggunaannya secara efisien.  Lain halnya hati yang penuh dengan iman dan akhlak-akhlak mulia, niscaya manusia akan berbuat sesuai dengan cahaya yang terpantul dari hati yang jernih dan sehat.
5.Rasa malas/kurang semangat : sebagai sifat yang sering melanda manusia.  Rasa malas yang dialami bisa timbul disebabkan melakukan kegiatan yang melelahkan, pekerjaan yang membosankan, rendahnya kemauan dan cita-cita.  Untuk mengatasi problem ini perlu sedikit permainan, ucapan-ucapan yang lucu dan berhikmah agar hati menjadi terhibur.
Pentingnya waktu begitu sangat diperhatikan oleh Allah SWT, terbukti dengan sumpah-Nya tentang waktu, dengan firman-Nya yang artinya :      “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menepati kesabaran” (Q.S. Al-Ashr:1-3)
B. Menetapkan Nilai dan Tujuan
Nilai adalah sesuatu yang terkandung pada suatu dzat, yang punya manfaat, baik bagi dzat itu sendiri ataupun bagi apa/siapa yang memanfaatkannya/merasakannya.
Tujuan adalah cita-cita/keinginan yang memotivasi manusia untuk berbuat sesuatu.  Adapun syarat untuk penetapan tujuan, ada 5 (lima) yaitu :
1.       Tujuan itu harus khas/spesifik
2.       Tujuan itu harus nyata
3.       Tujuan itu harus punya batasan waktu
4.       Tujuan itu harus dapat diukur
5.       Tujuan itu harus bermanfaat bagi diri sendiri

C.Membuat skala prioritas
Allah SWT senantiasa menciptakan pilihan-pilihan hidup bagi manusia, untuk selanjutnya dapat menggunakan kecerdasan intelektualnya (pikiran), kecerdasan emotional (hati), dan teraplikasi dalam nilai-nilai spritualnya (ibadah mahdah dan sunnah).
Olehnya itu, dalam kehidupan ini, dengan banyaknya kebutuhan dan keinginan manusia, maka ada prioritas kegiatan yang harus dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan kepentingan dan keterdesakannya.  Dengan 4 (empat) pedoman penyusunan yaitu :
1.       Kegiatan itu penting dan mendesak
2.       Kegiatan itu penting, tetapi tidak mendesak
3.       Kegiatan itu tidak penting, tetapi mendesak
4.       Kegiatan itu tidak penting, dan tidak mendesak

Penulis,
Hamka Latif, S.Sos, MBA
Disampaikan Pada Pelatihan Karyawan & Studi Tour
(Outbound Training) CV. Parahyangan-CV.Famor Jaya,
hari Ahad, 15 Rabiul Awal 1426 H/24 April 2005
Di Aula Athirah Bukit Baruga – Antang, Makassar – Sul Sel.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar